Merasa Bersalah Karena Beli Banyak Produk Skincare, Padahal Butuh. Harus Gimana?

Kalau di artikel sebelumnya kita membahas alasan kenapa orang bisa kalap membeli banyak produk skincare padahal ga benar-benar butuh, kali ini kita akan membahas hal yang masih berhubungan dengan perilaku tersebut tapi dengan kasus yang berbeda. Kasusnya, gimana kalau kita membeli banyak produk skincare karena memang butuh? Sebentar, iya iya kalian pasti mikir kalau skincare yang benar-benar kita butuhkan itu ga banyak, lebay aja kalau harus banyak.

Merasa Bersalah Karena Beli Banyak Produk Skincare, Padahal Butuh. Harus Gimana?
Merasa Bersalah Karena Beli Banyak Produk Skincare, Padahal Butuh. Harus Gimana?

Gini, pernah ga kalian sedang dalam masa pencarian skincare yang tepat untuk kulit yang memiliki banyak masalah? Misal pakai produk A, ga cocok. Beralih ke produk B, eh ternyata cocok tapi setelah itu ga ngaruh apa-apa ke kulit. Pindah lagi ke produk C, cocok. Ketemu produk D, lebih cocok lagi. Ini contoh kecil kenapa kita jadi beli banyak produk skincare. Loh tapi kan seharusnya kalo udah cocok sama produk C ga perlu nyobain yang lain kan jadinya malah jadi beli produk D? Iya, tapi bisa jadi kandungan yang ada pada produk D ini proses penyembuhan masalah di kulit kita itu lebih cepat daripada produk C. Atau, bisa jadi produk D ini lebih stabil digunakan bersamaan dengan produk-produk skincare rutin lain yang biasa kita gunakan. Engga bikin muka jadi rewel gitu loh. Itu baru satu jenis produk, kalau banyak gimana? Manteb.

Selain produk yang kita beli jadi banyak alias uang yang keluar jadi banyak juga dan skincare yang cocok sama kita itu harganya agak tinggi, sering menjadi dilema bagi kita sendiri. Apakah kita harus pakai produk yang efeknya biasa-biasa saja di kulit kita, atau beli yang bagus sekalian tapi kok harganya mihil? Sebenarnya ini hal yang cukup sensitif untuk dibahas tapi pertanyaan ini selalu muncul di kepala aku. Mungkin di kepala kalian juga. Mungkin, timbul bisikan-bisikan dari diri sendiri atau selentingan dari orang lain, seperti: "yaelah skincare doang ribet amat sih", "daripada beli mahal-mahal mending duitnya buat bikin usaha", atau "dasar boros!".

Sebelum isi kepala kita yang liar ini berbicara semauanya, sebaiknya kita tenangkan diri dulu. Bisa melalui meditasi, berkomunikasi dengan diri sendiri. Lakukan ini dalam keadaan batin yang tenang dan kalem. Tenang dalam artian setelah mendengar opini dari orang lain, kita bisa memilah mana opini yang boleh kita iyakan, mana opini sebaiknya tidak perlu kita pedulikan. Karena pada dasarnya, opini orang lain adalah sesuatu yang tidak dapat kita kontrol. Kalau yang aku dengar dari Peace Sea Podcast sih ada istilah 95% vs 5%. 95% itu adalah jatah kita untuk fokus terhadap diri sendiri, sementara porsi kita untuk mengurusi sesuatu di luar kontrol diri kita itu hanya 5%. Eh kok malah jadi bahas ke mana-mana ya hahaha. Ya sudah anggap aja itu intermezzo, tapi perlu juga diterapkan dalam hal ini.

Orang lain tidak mengerti apa yang sebenarnya kita rasakan, jadi fokus saja terhadap diri sendiri. Di sini aku jadikan diriku sendiri sebagai contoh ya. Aku pernah berpikir untuk menggunakan produk skincare seadanya demi bisa nabung untuk dana simpanan masa depan. Tidak ada tujuan khusus untuk apa uang tersebut, hanya untuk memudahkan jika terjadi sesuatu di kemudian hari. Tapiii, minusnya adalah muka aku yang jadi korban. Dua sampai tiga tahun lalu merupakan tahun yang cukup chaos buat aku. Saat itu aku kembali merantau untuk bekerja, kerjaan juga sering lembur, dan efeknya jam tidur sangat kurang. Ditambah lagi aku sempat ga cocok sama air di daerah yang aku tinggali. Jadilah aku seorang yang hadeh. Kulit kusam, kering, jerawat kembali subur, dan kantung mata udah bisa buat ngantungin jajanan arisan. Beberapa bulan setelah engga ngerantau lagi, mulai deh berpikir ulang. Kalau aku memaksakan untuk pakai skincare seadanya padahal bisa pakai yang lebih baik, kupikir itu bukan keputusan yang salah dan kulit aku saat itu memang butuh perhatian lebih. Pernah juga berpikir kalau skincare itu kebutuhan tersier, jadi ga perlu yang urgent banget kayak kita beli beras atau air galon. Makin ke sini, makin menyadari bahwa kebutuhan masing-masing orang itu berbeda. Untuk orang yang kulit mukanya sudah bagus dan tidak memiliki masalah, skincare bisa jadi masuk ke dalam kebutuhan tersier atau malah masuk urutan kesepuluh bahkan lebih. Namun, bagi mereka yang kulit mukanya jerawatan parah, pasti produk yang bisa ngobatin jerawat bakal jadi prioritas.

Ga usah skincare deh, ambil contoh aja: handphone. Kalau kita kebanyakan dengerin orang lain apalagi yang frekuensinya tidak sama dengan kita, bisa aja saran yang kita dapatkan adalah "udalah beli handphone apa saja yang penting handphone. Yang bisa buat bales chat wasap, bisa telpon, kamera, internet. Udah." Tapi tunggu dulu, handphone ini untuk siapa? Handphone yang digunakan oleh pengusaha online shop yang sering dipakai untuk foto-foto produk, tentu akan berbeda dengan handphone yang digunakan oleh kakek-nenek yang misalkan saja hanya untuk kebutuhan komunikasi biasa. Handphone dengan kamera yang bagus dan jernih dengan resolusi tinggi tentu akan dipilih oleh si pengusaha olshop ini biarpun harganya agak mahal karena dianggap investasi.

 

Begitu juga dengan skincare. Coba dengarkan diri kita, dengarkan kulit kita maunya apa. Kalau sepertinya kulit kita butuh produk lain yang kualitasnya lebih bagus, turuti saja. Jika ternyata jerawat kita bisa sembuh dengan produk lain yang lebih mahal, ya sudah gapapa. Kalau ternyata setelah diliat lagi kok jadi beli banyak skincare ya? Kok sayang ya? Anggap saja ini perjalanan menemukan produk skincare yang cocok untuk kulit kita. Tapi perjalanan itu sampai kapan ya? Sampai diri kita secara sadar merasa cukup. Yang harus dihindari itu kalau kita memang sengaja membeli banyak produk skincare karena kepengen aja atau sok-sok butuh. Perlu diingat, tetap sediakan budget untuk membeli skincare. Dana darurat atau gampangannya duit yang nyisa itu harus ada. Jangan sampai keuangan kita minus gara-gara pengen muka kita mulus.

So? Dengerin diri sendiri, pahami benar-benar kebutuhan kulit diri sendiri. Merawat diri termasuk bentuk syukur kita karena udah dikasih kulit sama Tuhan, emang jatahnya aja kulit kita rada rewel jadi harus ekstra juga ngerawatnya.

Misalkan kita punya kulit badak yang kalau ga dirawat rutin tetep baik-baik aja, pakai skincare apapun juga cocok-cocok aja, we would like to be more happier and happier because we should not have to buy much skincare product and spend more money on it. 

Kamu punya cerita yang mirip tentang ini juga? Share sini J

 

0 Comments