Bara Api Suci, Nyalakan Mimpi di Hati Anak Pemulung di Pinggir Kota Jambi: Kisah Suci Utami Armand Membuka Jalan Pendidikan
![]() |
Bara Api Suci, Nyalakan Mimpi di Hati Anak Pemulung di Pinggir Kota Jambi: Kisah Suci Utami Armand Membuka Jalan Pendidikan |
Di Sebuah Sudut Kota Jambi…
Pagi baru saja merekah di Jambi. Di bawah hangatnya matahari, seorang ayah berpamitan pada anak-anaknya. Di pundaknya tergantung keranjang penuh barang bekas, dan di matanya tersimpan harapan kecil: semoga suatu hari nanti, anak-anaknya bisa hidup lebih baik dari dirinya.
Adegan itu bukan cuplikan film, melainkan potret nyata keluarga Pak Syahruddin, seorang pengumpul barang bekas di kawasan Bagan Pete, Jambi. Rumahnya berdinding papan, dengan atap seng yang sering bocor setiap kali hujan turun. Saat petir menyambar dan air menggenang di lantai, mereka biasanya berpelukan di pojok ruangan, menunggu malam reda.
Kisah sederhana keluarga ini menjadi salah satu titik balik bagi Suci Utami Armand, seorang perempuan muda yang percaya bahwa mimpi bisa tumbuh di mana saja, bahkan di rumah kecil yang kerap kebanjiran setiap musim hujan datang. Bagi Suci, tak ada tempat yang terlalu sempit untuk menanam harapan, selama ada hati yang mau peduli.
![]() |
Suci Utami Armand, Founder Bara Api |
Lahir dari Sebuah Keyakinan: Pendidikan Adalah Warisan Terbaik
Dalam sebuah tulisannya berjudul “Pendidikan Awal dari Mimpi” (2014) di blog pribadinya suciutamiarmand.blogspot.com, Suci menulis,
Warisan yang paling berharga adalah pendidikan. Ilmu akan terus berkembang dan berguna ke mana pun engkau melangkahkan kaki.
Kalimat yang ia kutip dari sang ayah itu menjadi pondasi langkah hidupnya. Ia melihat pendidikan bukan sekadar pelajaran di sekolah, melainkan jalan menuju kemandirian dan harapan.
Sebagai anak muda yang tumbuh di Jambi, Suci sering melihat anak-anak mengamen di lampu merah, menjajakan koran, atau memungut barang bekas. Mereka bukan tak punya mimpi, mereka hanya tak tahu ke mana harus menaruhnya.
Dari keresahan kecil itu, Suci merasa terpanggil untuk bertindak. Ia ingin agar anak-anak itu tahu bahwa mereka juga berhak bermimpi. Dari sanalah lahir Bara Api, singkatan dari Bersama Rangkul Anak Bermimpi, sebuah komunitas pendidikan yang ia dirikan bersama teman-teman kampusnya. Tujuannya sederhana yaitu menciptakan ruang bagi anak-anak jalanan dan anak-anak marginal untuk belajar, bermain, dan percaya bahwa masa depan mereka tetap punya cahaya.
Bara Api: Merangkul Anak Jalanan untuk Bermimpi
Bara Api berdiri pada 10 November 2013. Tak ada sponsor besar, tak ada fasilitas mewah, hanya semangat sukarela dan tekad yang hangat. Kegiatan pertama mereka dimulai di kawasan Tanggo Rajo (Ancol Jambi), tempat anak-anak pedagang kaki lima biasa berkumpul. Di pinggir jalan itu, tawa anak-anak kembali terdengar. Bukan karena mainan baru, tapi karena ada orang-orang yang datang membawa perhatian tulus.
Dari sanalah perjalanan Bara Api membawa Suci dan kawan-kawannya ke rumah Pak Syahruddin di Bagan Pete. Dua anaknya, Wawan (10) dan Krisna (6), akhirnya bisa bersekolah berkat usaha kecil dari para relawan.
![]() |
Wawan dan Krisna Akhirnya Bisa Sekolah |
Suci menulis dengan haru bagaimana temannya, Novi, berkeliling kampus selama tiga hari untuk mengumpulkan donasi. “Thanks Vi, berkat bantuan kamu, kedua adik kita ini bisa bersekolah :’),” tulisnya dalam blog.
Tak berhenti sampai di situ, tim Bara Api juga membantu mengurus dokumen kelahiran agar anak-anak itu bisa resmi terdaftar di sekolah. Dalam tulisannya, Suci mengenang dengan tawa. “Kalau ingat jalan ke rumah Pak RT-nya, rasanya pengen ngulang lagi terus jalannya aku videoin, lantaran jalan ke rumah beliau ekstrem sekali, hihihi… tapi seru kalau diingat lagi.”
Di balik canda itu, ada perjuangan nyata: waktu dan tenaga yang terkuras, juga keyakinan bahwa perubahan besar selalu berawal dari langkah kecil.
Semangat yang Tak Pernah Padam
Perjalanan Bara Api tentu tak selalu mulus. Ada masa ketika dana menipis, relawan berkurang, dan kegiatan harus tertunda. Tapi semangat Suci tak pernah padam. Ia menulis,
Saya berharap Bara Api ke depannya akan berbenah lebih baik lagi, karena saya yakin di luar sana masih banyak anak-anak yang kurang beruntung dan membutuhkan bantuan kita semua.
Lebih dari satu dekade berlalu sejak tulisan itu dibuat, tapi nilai-nilai yang ia tanam tetap hidup. Suci telah menunjukkan bahwa pendidikan bukan soal kemewahan, melainkan tentang kesempatan, dan kesempatan itu bisa datang dari siapa saja, bahkan dari seorang mahasiswa yang berani bermimpi besar.
![]() |
Kegiatan Bara Api |
![]() |
Kegiatan Bara Api |
Kini, meski Suci mungkin telah menapaki jalan hidup yang berbeda, api kecil yang ia nyalakan lewat Bara Api masih menyala di hati banyak orang. Ia adalah bukti bahwa kepedulian sederhana bisa meninggalkan jejak panjang.
![]() |
Tim Bara Api 3 tahun sejak Wawan dan Krisna bisa bersekolah |
![]() |
Tim Yayasan Bara Api (2020) |
Apa yang Bisa Kita Ambil?
Melalui kisah Suci Utami Armand dan Bara Api, kita diingatkan bahwa perubahan besar sering kali berawal dari langkah kecil, dari hati yang mau mendengar, dan tangan yang mau menggenggam.
Bara Api mungkin hanya bara kecil dari Jambi, tapi dari bara itulah api mimpi terus menyala.
Dan mungkin, di tengah hiruk pikuk dunia yang sering membuat kita lupa, kisah ini hadir untuk mengingatkan, bahwa satu tindakan peduli bisa mengubah arah hidup seseorang.
Karena di setiap anak yang belajar menulis dan berhitung, ada mimpi kecil yang menunggu untuk tumbuh.
Dan di balik setiap mimpi itu, ada sosok seperti Suci yang pernah percaya: pendidikan adalah awal dari segalanya.
0 Comments
Halo! Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca artikel kami 😊
Silakan meninggalkan komentar apa saja. Semua komentar yang sudah dikirim akan masuk ke inbox dan akan kami publish sesegera mungkin.
Untuk komentar berupa spam seperti promosi judi online, otomatis akan terhapus.
With love, Radiani 😇