Pernah tidak menjadi seseorang yang iya-iya aja atau istilahnya: "yes man"?
Iya-iya aja tanpa melihat big picture-nya seperti apa. Tanpa mengetahui kenapa harus bilang iya. Tanpa menyadari kalau kita mengikuti alur pikiran orang lain. Tanpa menelisik lebih jauh apakah alur pikiran tersebut akan selamanya seperti itu atau suatu saat nanti akan berubah. Tanpa mengetahui apakah alur tersebut adalah yang terbaik untuk kita. Jangan-jangan terbaik untuk dunianya sendiri. (Pertanyaannya, kita hidup di dunia sendiri atau di dunianya siapa?) Entah alur pikirannya untuk saat ini atau masih terngiang di masa lalu. (Pertanyaannya lagi, kita hidup di masa sekarang atau masa lampau?)
Idk but I think I do have to say thanks to God karena sudah diposisikan di alur kehidupan seperti ini. I am not sure whether I am now in a pause mode, in a turning point mode, or else. Yang pasti, dua tahun terakhir ini aku belajar banyak tentang mendengarkan diri sendiri. Mulai menyimak kata hati, intuisi, aku maunya apa, kelebihan dan kekuranganku seperti apa, dan belajar untuk tidak menyepelekan ide yang muncul di pikiran karena sejatinya ide itu datangnya dari Tuhan.
Dan untuk bisa mendengarkan diri sendiri itu butuh proses, butuh kesendirian. Butuh berjarak dari kebisingan pikiran orang lain. Butuh sepi.
Pernah dengar sebuah quote yang berbunyi "you are the driver of your own life"? Bagaimana jadinya kalau supir terlalu banyak mendengar masukan yang berbeda-beda dari banyak penumpang? Bingung? Yes. Bagaimana jadinya kalau supir mengikuti semua saran yang berbeda-beda dari setiap penumpang? Now it's your turn to answer this question.
9 Comments
Menarik. Dari tulisan singkat ini aja jadinya bikin merenung. Dan bertanya ke diri sendiri, "apa aku selama ini udah mengenal dan bisa mendengarkan diri sendiri?"
BalasHapusSampe bingung mau jawabnya. Dan ya, kayaknya proses pengenalan itu butuh waktu ya. Dan bisa jadi a lifetime process
Mendengarkan diri sendiri. Suatu proses yg kuyakini tak mudah, tapi juga sangat diperlukan untuk bisa sampai pada tahapan menerima dan mencintai diri sendiri.. Terima kasih sdh berbagi tulisan keren ini ya..
BalasHapusAku pernah banget ketika ada orang yang membutuhkan bantuanku karena keahlian yang kupunya, aku orangnya iya-iya an juga tapi setelahnya jadi berpikir kenapa kuterima yaa.. Tapii tetap dijalani aja lah, dan diselesaikan dengan baik. Terkadang membantu orang lain juga bisa jadi berkah yang mungkin bakal datang dikeesokan harinya dari orang yang sama, atau dari orang lain yang berbeda. Sudah terbiasa dari dalam diri untuk selalu menerima apapun yang datang
BalasHapusMulai menyimak kata hati, apa maunya kita serta lebih mengenal diri sendiri ini lebih bagus ya mba. Wahh ibaratnya kita punya me time dengan diri sendiri juga ya, tanpa ingin diganggu oleh orang lain. Benar juga mba, harus belajar buat mengontrol diri, apa yang pantas buat didengar dan tidk karena kita tau mana yg baik utk hidup kitaa pastinya
BalasHapusEven saya bukan yes man, tapi kadang saya nge-iya-iya-in kalau ada orang terlampau lama bercerita (yang isinya kebanyakan hal negatif). Hehehe, hanya agar ceritanya cepat selesai dan agar ndak ketularan negatifnya.
BalasHapusTapi boleh juga nih artikel mbak Radiani, bikin merenung, kemauan diri ini sebenarnya apa, apa cita-cita dan goal yang ingin dicapai. Trims buat idenya mbak ^^
SKadang masi ga pede saat mau dengerinn diri sendiri... huhu berarti ini yang harus diperbaiki :) makasi pencerahannya mbba
BalasHapusAduh, singkat tapi makjleb banget ini. Saya jadi mikir, apakah saya selama ini tipikal yes man? Wkwkkw
BalasHapusSoalnya teman pernah kasih masukan ke saya kalau jadi orang jangan suka terbawa arus. Harus konsisten sama omongan sendiiri. Hihi
terlalu banyak mendengar masukan dari orang lain kadang membuat kita bingung. Saya, kalo sudah bingung mendengar terlalu banyak masukan, biasanya diam sesaat dan kemudian bertanya pada diri sendiri, jawaban yang saya dapat inilah yang kemudian saya ambil
BalasHapusaku masih belum tahu nih apakah selama ini aku sudah bisa mendengarkan diri sendiri dan mengenali diri sendiri. kadang ada juga sih masanya di mana aku tidak bisa mengungkapkan keinginanku dan mengikuti saja apa kata orang.
BalasHapus